Air susu ibu (ASI) adalah cairan biologis yang keluar dari payudara wanita (ibu) yang merupakan pondasi awal dari tumbuh kembangnya bayi. Seorang bayi yang baru lahir membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tahap perkembangan selanjutnya. Para ahli telah meneliti bahwa makanan bayi yang paling baik adalah ASI. Menurut Jhony Nurman, SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital, ASI memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Contohnya kolostrum, yakni ASI yang keluar pada saat masa kehamilan dan beberapa hari setelah persalinan, berguna untuk membangun daya tahan tubuh bayi, menyediakan kalori tinggi, dan enzim-enzim yang melindungi dinding pencernaan, menangkal penyakit, dan memproteksi tubuh bayi.
Selain dari segi kesehatan, pemberian ASI dimasa awal-awal umur sang bayi juga mempengaruhi psikologis bayi secara tidak langsung. Saat menyusui, belaian tangan ibu menjadi suatu tanda kasih sayang dan rasa aman bagi sang bayi. Walaupun bayi tidak memberikan respon apapun secara langsung, namun ia akan merasakan adanya perlindungan melalui belaian yang sang ibu lakukan. Pemberian ASI menciptakan hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi, hal ini penting untuk menumbuhkan dan menciptakan kedekatan antara anak dan ibu. Hubungan batin ini perlu dibina sejak dini sehingga antara anak dan ibu terbentuk ikatan yang kental dan bertahan sepanjang masa.
Tak dapat dipungkiri bahwa wanita di era ini adalah wanita yang aktif dan kompeten di bidangnya masing-masing. Mereka bukanlah wanita zaman dahulu yang hanya ingin menetap dirumah dan mengurusi urusan rumah tangga, wanita di zaman globalisasi ini merasa memiliki kreatifitas yang perlu mereka salurkan. Menjadi wanita karir bukanlah hal yang dianggap tabu dalam kehidupan masyarakat sekarang. Ada prinsip yang menyatakan bahwa wanita memiliki persamaan derajat dengan pria, artinya jika pria memiliki kesempatan untuk berkerja, mengapa wanita tidak? inilah yang melatarbelakangi munculnya wanita karier. Namun tetaplah kodrat wanita adalah sebagai ibu, melahirkan anak, mengurus suami, dan mengurus rumah tangga, terlepas bahwa ia seorang sebagai wanita karier ataupun tidak.
Jika sudah berprofesi sebagai wanita karier, terkadang seorang wanita mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu, dalam konteks ini yang akan dibahas adalah masalah pemberian ASI untuk anak oleh wanita karir. Satu hal yang menjadi permasalahan bagi wanita karier adalah manajemen waktu antara pekerjaan dan anak (bayi), mereka acapkali berpikiran bahwa pekerjaan lebih penting dibandingkan hal lain, termasuk memberikan ASI kepada bayi. Mereka beranggapan bahwa pemberian susu formula (susu sapi) lebih praktis dibandingkan ASI. Alhasil, ASI pun tergantikan dengan ASS (air susu sapi) .
Mereka telah membuang-buang kesempatan untuk kesempurnaan tumbuh kembang sang bayi yang keseluruhan nutrisinya terkandung didalam ASI dan hubungan batin antara keduanya perlahan-lahan terkikis bahkan tidak terjalin sama sekali. Wajar saja, jika hubungan harmonis antara ibu dan anak tidak terbentuk ketika sang anak tumbuh menjadi remaja. Dalam praktiknya, jelas terlihat bahwa anak yang ibunya seorang wanita karier cenderung lebih asik dengan teman-temannya dibandingkan dengan ibunya. Akhlak anak yang kian merosot pun disebabkan oleh kurangnya waktu yang disediakan oleh ibu untuk senantiasa berada disisi anaknya. Hal ini tidak terlepas dari hubungan batin yang dari bayi tadi tidak terbentuk.
Paradigma yang kian meluas dimasyarakat saat ini adalah puncak kenakalan remaja disebabkan oleh zaman berteknologi yang semakin canggih. Padahal, jika kita telaah lebih dalam lagi, tak hanya teknologi yang mengambil andil besar dalam hal ini, perlu kita selidiki kembali “bagaimana peran orangtua dalam menjaga dan mengawasi tumbuh kembang sang anak?”. Jika ASI yang merupakan hal mendasar tumbuh kembangnya saja di acuhkan, bagaimana dengan lainnya?.
Tak heran, remaja saat ini tumbuh menjadi pribadi yang bersikap seperti binatang, dari kecil saja sudah di asupi makanan dari hewan (red:sapi), wajar saja ketika ia tumbuh besar, ia berkelakuan dan bersifat layaknya sapi.
Penulis
Raihan hayati
Selain dari segi kesehatan, pemberian ASI dimasa awal-awal umur sang bayi juga mempengaruhi psikologis bayi secara tidak langsung. Saat menyusui, belaian tangan ibu menjadi suatu tanda kasih sayang dan rasa aman bagi sang bayi. Walaupun bayi tidak memberikan respon apapun secara langsung, namun ia akan merasakan adanya perlindungan melalui belaian yang sang ibu lakukan. Pemberian ASI menciptakan hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi, hal ini penting untuk menumbuhkan dan menciptakan kedekatan antara anak dan ibu. Hubungan batin ini perlu dibina sejak dini sehingga antara anak dan ibu terbentuk ikatan yang kental dan bertahan sepanjang masa.
Tak dapat dipungkiri bahwa wanita di era ini adalah wanita yang aktif dan kompeten di bidangnya masing-masing. Mereka bukanlah wanita zaman dahulu yang hanya ingin menetap dirumah dan mengurusi urusan rumah tangga, wanita di zaman globalisasi ini merasa memiliki kreatifitas yang perlu mereka salurkan. Menjadi wanita karir bukanlah hal yang dianggap tabu dalam kehidupan masyarakat sekarang. Ada prinsip yang menyatakan bahwa wanita memiliki persamaan derajat dengan pria, artinya jika pria memiliki kesempatan untuk berkerja, mengapa wanita tidak? inilah yang melatarbelakangi munculnya wanita karier. Namun tetaplah kodrat wanita adalah sebagai ibu, melahirkan anak, mengurus suami, dan mengurus rumah tangga, terlepas bahwa ia seorang sebagai wanita karier ataupun tidak.
Jika sudah berprofesi sebagai wanita karier, terkadang seorang wanita mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu, dalam konteks ini yang akan dibahas adalah masalah pemberian ASI untuk anak oleh wanita karir. Satu hal yang menjadi permasalahan bagi wanita karier adalah manajemen waktu antara pekerjaan dan anak (bayi), mereka acapkali berpikiran bahwa pekerjaan lebih penting dibandingkan hal lain, termasuk memberikan ASI kepada bayi. Mereka beranggapan bahwa pemberian susu formula (susu sapi) lebih praktis dibandingkan ASI. Alhasil, ASI pun tergantikan dengan ASS (air susu sapi) .
Mereka telah membuang-buang kesempatan untuk kesempurnaan tumbuh kembang sang bayi yang keseluruhan nutrisinya terkandung didalam ASI dan hubungan batin antara keduanya perlahan-lahan terkikis bahkan tidak terjalin sama sekali. Wajar saja, jika hubungan harmonis antara ibu dan anak tidak terbentuk ketika sang anak tumbuh menjadi remaja. Dalam praktiknya, jelas terlihat bahwa anak yang ibunya seorang wanita karier cenderung lebih asik dengan teman-temannya dibandingkan dengan ibunya. Akhlak anak yang kian merosot pun disebabkan oleh kurangnya waktu yang disediakan oleh ibu untuk senantiasa berada disisi anaknya. Hal ini tidak terlepas dari hubungan batin yang dari bayi tadi tidak terbentuk.
Paradigma yang kian meluas dimasyarakat saat ini adalah puncak kenakalan remaja disebabkan oleh zaman berteknologi yang semakin canggih. Padahal, jika kita telaah lebih dalam lagi, tak hanya teknologi yang mengambil andil besar dalam hal ini, perlu kita selidiki kembali “bagaimana peran orangtua dalam menjaga dan mengawasi tumbuh kembang sang anak?”. Jika ASI yang merupakan hal mendasar tumbuh kembangnya saja di acuhkan, bagaimana dengan lainnya?.
Tak heran, remaja saat ini tumbuh menjadi pribadi yang bersikap seperti binatang, dari kecil saja sudah di asupi makanan dari hewan (red:sapi), wajar saja ketika ia tumbuh besar, ia berkelakuan dan bersifat layaknya sapi.
Penulis
Raihan hayati
0 Response to "Asi Yang Terganti"
Post a Comment