Sejarah Pantomim
Pantomim diperkenalkan di Inggris sebagai sebuah pertunjukan hiburan untuk bersenang-senang. Pantomim bermula dari Commedia dell’Arte atau Komedi Seni di Italia. Pada Komedi Seni ini yang tumbuh pad 1550-an ini merupakan sebuah reaksi politik yang tidak memungkinkan pertunjukan dengan menggunakan terlalu banyak kata-kata, terutama kata-kata yang bermakna politik dan yang tidak memberikan kontribusi pada syiar agama. Komedi seni ini menjadi sangat penting, karena memberikan kesempatan berimprovisasi dengan berbagai hal yang sedang actual, tentunya tidak menyinggung masalah politik dan kekuasaan.
Pada masa komedi seni ini digunakan topeng untuk menyembunyikan wajah pemain disamping menambah kesan lucu. Sedangkan pada pantomim, wajah tidak lagi menggunakan topeng, tapi dilukis maupun diberi aksentuasi secara langsung (atau di-make-up). Memasuki akhir abad 19 hingga saat ini, Pantomim semakin popular dan ditujukan untuk anak-anak, baik di Inggris maupun di Australia, Kanada, Amerika, Jepang (Tokyo Mime City) dan kini di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Di Indonesia, pantomim tidak terlalu berkembang, karena kurangnya pertunjukan-pertunjukan yang diselenggarakan. Di Jakarta dikenal nama-nama seperti Septian dan Didi Petet. Di Yogyakarta seorang tokoh pantomim yang masih aktif, seperti Jemek Supardi.
Pantomim Anak
Pantomim bagi anak merupakan perpanjangan tangan dari pertumbuhan ekspresi anak. Sejak lahir, anak-anak belajar berekspresi dari lingkungannya. Upaya yang dilakukan anak-anak pada usia dini, berkaitan erat dengan pertumbuhan fisik dan genetika yang dimilikinya. Secara fisik, anak-anak lebih menggunakan tangisan untuk memberitahukan pada orang lain, segala sesuatu yang dirasakannya kurang senang, rasa sakit, haus maupun lapar. Sedangkan secara genetika, anak pada usia ini mengikuti lebih besar sifat-sifat yang dimiliki kedua orangtuanya.
Pembelajaran Pantomim bagi anak sangat berkaitan dengan membangun kesadaran diri, physicalization (mengembangkan pertumbuhan fisik anak), bekerja kooperatif, dan tentu saja, akting. Untuk itu, pemusatan perhatian pada kondisi anak menjadi hal utama. Anak-anak sebaiknya mengalami proses pengkondisian, merasa senang, dan memiliki kebebasan memilih serta mampu mencerna proses yang akan dijalankan. Asosiasi- asosiasi anak atau bayangan-bayangan visual anak menjadi salah satu titik tolak untuk mendorong anak mengenal lebih jauh bentuk visual dari orang dewasa. Objektivikasi bentuk visual anak dikreasikan kembali menjadi bentuk-bentuk yang indah dan menarik. Tentunya, menarik bagi anak-anak dan indah bagi seorang guru yang melakukan kreasi. Anak-anak belum mampu mencerna keindahan dalam objek yang menarik bagi mereka.
Contoh Alur Cerita Pantomim dan Musik Pengiringnya
Berikut adalah contoh alur cerita pantomim anak.
Lebih Baik Jujur
Pada suatu pagi yang cerah terlihat anak seorang petani yang baru bangun tidur. Ia membuka jendela lalu keluar dari rumahnya, ternyata matahari yang sudah bersinar dengan cerahnya. Langsung saja ia bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat ke ladangya. Dipakai capingnya, sabit, dan tidak lupa cangkulnya. Anak petani itu pun berjalan menuju sawahnya. Lama berjalan dan sampailah di ladang. Ia meletakan sabit dan parangnya. Lalu diambilnya cangkul dan mulailah ia mencangkul. Lama ia mencangkul diapun merasa sangat lapar. Kemudian terpikirkan olehnya untuk mencari apa yang dapat di makanya. Dicarinya makanan sampai ia menemukan pohon mangga yang sedang berbuah di ladang tetangga. Karena sedang laparnya langsung saja ia memanjat pohon mangga tersebut dan memetik buah mangganya tanpa memerdulikan siapa pemiliknya. Setelah mengambil buah mangganya ia pun turun untuk memakan mangga yang telah di ambilnya. Tanpa ia ketahui ternyata tadi ia menyenggol sarang lebah pada saat menggambil buah mangganya. Satu persatu lebah pun menghampirinya. Dia berusaha mengusirnya menggunakan sebatang kayu yang ada di sekelilingnya. Kenalah lebah tersebut dan mati. Ia sangat senang melihat lebah tersebut telah mati. Tapi tiba-tiba datanglah sekumpulan lebah yang lain meghampirinya ia pun masih berusaha mengusirnya tapi karena terlalu banyak lebahnya akhirnya ia pun lari dari lebah-lebah itu. Terus saja ia berlari tapi tidak dapat menghindar dari kejaran lebah-lebah. Ia pun disengat oleh lebah-lebah itu. Ia Pun sangat kesakitan dan merasa bersalah telah mengambil mangga milik tetangganya. Dan akhirnya ia pun pulang. Dirumahnya ia semakin merasa tidak tenang atas apa yang telah di lakukanya. Ia sangat tersiksa karena rasa sakit dan takut karena telah mengambil buah magga tanpa isin. Pada akhirnya ia memutuskan untuk pergi kerumah tetangganya untuk untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukanya. Ia pun dimaafkan karena ia telah berani mengakui kesalahanya dan berkata jujur atas apa yang telah dilakukanya. Dan dia pun pulang dengan hati yang tenang karena telah meminta maaf dan berbuat jujur.
0 Response to "Apa Itu Pantomim ?"
Post a Comment